Dua Pasang Hati
A
A
A
Kalo nggak ada mereka, aku belum tentu bisa dapetin kamu lagi.” Lara balas tersenyum hangat pada Keenan. Lara menangkup wajah Keenan, lalu memandangnya sungguhsungguh, “Makasih ya, Nan.
Kamu udah jadi kado paling indah di hari aku ulang tahun.” Tanpa sepatah kata, Keenan menggendong Lara dan membawa gadis itu ke kamarnya, membuat gadis itu tak kuasa menjerit kesenangan, namun jeritan kebahagiaan Lara terhenti seketika saat Keenan mencium bibirnya lembut. Epilogue Ingatan pria itu pun kembali pada sepuluh tahun lalu, ketika gadis itu berusia tujuh belas tahun.
Ketika itu, Keenan sudah memberikannya kado dengan inisial K sebagai buah kalungnya. Waktu itu karena belum punya penghasilan, Keenan memasukkan buah kalungnya di sebuah rantai kalung yang terbuat dari plastik, agar tidak cepat rusak. Ia sudah begitu niat untuk menyampaikan perasaannya pada satu gadis yang amat dicintainya itu, maka ia bergegas untuk menjemput cewek itu.
Ya walaupun, hanya memakai motor matik punya bapaknya, tetapi Keenan tak peduli, yang penting hadiah tulusnya ini sampai pada gadis itu. Namun di tengah perjalanan... ada saja yang menghalangi. Hujan tibatiba mengguyur deras Jakarta, hingga akhirnya Keenan terpaksa menyelinapkan kotak hadiah itu di dalam jaketnya, dan berlindung di halaman belakang tempat pujaan hatinya bersekolah sampai hujannya reda.
Tepat pukul setengah tiga sore, matahari sudah kembali menerangi Jakarta. Saat itu, Keenan duduk di bangku halaman belakang sekolah, menanti sang pujaan hati. Tetapi sudah hampir lima belas menit, cewek itu tak menunjukkan batang hidungnya. Sampai tiba-tiba, gadis lain tampil di depannya, gadis yang tak lain adalah sahabat pujaan hatinya sendiri. Hati Keenan sempat sedih sekaligus bingung, kenapa malah sahabatnya yang muncul? Bukan gadis itu, dia memandang gadis itu bingung.
“Mana temenmu?” tanya cowok itu. “Dia....” Alih-alih menjawab, sahabat sang pujaan hati malah mencium bibirnya. Sungguh Keenan kaget luar biasa saat tahu sahabat pujaan hatinya itu yang malah menyatakan perasaannya lebih dulu. Meski hatinya tetap saja sedih, karena sang pujaan hati tak juga tampil di hadapannya.
“Kak...aku juga cinta sama Kakak, jadi pacarku ya?” Dan tiba-tiba gadis itu meletakkan tangan Keenan bahunya, dan memegang kendali tangan Keenan, supaya seolah-olah cowok itu membelai kepalanya penuh sayang. “E-eh...kamu apa-apaan sih?” Keenan menghempas tangan sahabat pujaan hatinya, tetapi si sahabatnya itu malah menetapkan tangan Keenan di sisinya.
Dan tepat saat itu...Keenan baru sadar jika gadis pujaannya itu sedari tadi membeku dan menahan tangis, setelah menyaksikan dirinya dicium oleh sahabatnya sendiri. Langkah kaki Keenan tertahan, ketika ia hendak menghampiri pujaan hatinya. Gadis itu sudah melarikan diri lebih dulu, sebelum Keenan sempat menyatakan perasaannya. (habis)
OLEH: VANIA M. BERNADETTE
Kamu udah jadi kado paling indah di hari aku ulang tahun.” Tanpa sepatah kata, Keenan menggendong Lara dan membawa gadis itu ke kamarnya, membuat gadis itu tak kuasa menjerit kesenangan, namun jeritan kebahagiaan Lara terhenti seketika saat Keenan mencium bibirnya lembut. Epilogue Ingatan pria itu pun kembali pada sepuluh tahun lalu, ketika gadis itu berusia tujuh belas tahun.
Ketika itu, Keenan sudah memberikannya kado dengan inisial K sebagai buah kalungnya. Waktu itu karena belum punya penghasilan, Keenan memasukkan buah kalungnya di sebuah rantai kalung yang terbuat dari plastik, agar tidak cepat rusak. Ia sudah begitu niat untuk menyampaikan perasaannya pada satu gadis yang amat dicintainya itu, maka ia bergegas untuk menjemput cewek itu.
Ya walaupun, hanya memakai motor matik punya bapaknya, tetapi Keenan tak peduli, yang penting hadiah tulusnya ini sampai pada gadis itu. Namun di tengah perjalanan... ada saja yang menghalangi. Hujan tibatiba mengguyur deras Jakarta, hingga akhirnya Keenan terpaksa menyelinapkan kotak hadiah itu di dalam jaketnya, dan berlindung di halaman belakang tempat pujaan hatinya bersekolah sampai hujannya reda.
Tepat pukul setengah tiga sore, matahari sudah kembali menerangi Jakarta. Saat itu, Keenan duduk di bangku halaman belakang sekolah, menanti sang pujaan hati. Tetapi sudah hampir lima belas menit, cewek itu tak menunjukkan batang hidungnya. Sampai tiba-tiba, gadis lain tampil di depannya, gadis yang tak lain adalah sahabat pujaan hatinya sendiri. Hati Keenan sempat sedih sekaligus bingung, kenapa malah sahabatnya yang muncul? Bukan gadis itu, dia memandang gadis itu bingung.
“Mana temenmu?” tanya cowok itu. “Dia....” Alih-alih menjawab, sahabat sang pujaan hati malah mencium bibirnya. Sungguh Keenan kaget luar biasa saat tahu sahabat pujaan hatinya itu yang malah menyatakan perasaannya lebih dulu. Meski hatinya tetap saja sedih, karena sang pujaan hati tak juga tampil di hadapannya.
“Kak...aku juga cinta sama Kakak, jadi pacarku ya?” Dan tiba-tiba gadis itu meletakkan tangan Keenan bahunya, dan memegang kendali tangan Keenan, supaya seolah-olah cowok itu membelai kepalanya penuh sayang. “E-eh...kamu apa-apaan sih?” Keenan menghempas tangan sahabat pujaan hatinya, tetapi si sahabatnya itu malah menetapkan tangan Keenan di sisinya.
Dan tepat saat itu...Keenan baru sadar jika gadis pujaannya itu sedari tadi membeku dan menahan tangis, setelah menyaksikan dirinya dicium oleh sahabatnya sendiri. Langkah kaki Keenan tertahan, ketika ia hendak menghampiri pujaan hatinya. Gadis itu sudah melarikan diri lebih dulu, sebelum Keenan sempat menyatakan perasaannya. (habis)
OLEH: VANIA M. BERNADETTE
(bbg)